Minggu, 30 Oktober 2011

Prinsip ekonomi dalam Agribisnis


PRINSIP-PRINSIP EKONOMI
 DALAM AGRIBISNIS
·                                                                                                                  SISTEM PEREKONOMIAN
Perekonomian yang ada di dunia ini diorganisasi secara berbeda-beda. Bentuk organisasi perekonomian tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, sikap, kebudayaan, dan pandangan politik dari masyarakat tersebut. Secara garis besar, organisasi perekonomian di berbagai negara dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1.      Sistem pasar bebas atau laissez faire (perekonomian pasar)
2.      Sistem ekonomi perencanaan
3.      Sistem ekonomi campuran

1.      Sistem Pasar Bebas
Sistem pasar bebas atau laissez faire (perekonomian pasar) sering juga disebut dengan pasar persaingan sempurna. Pada sistem ini masyarakat diberikan kesempatan dan kebebasan penuh untuk menentukan kegiatan ekonomi yang ingin mereka lakukan dan pemerintah sama sekali tidak ikut campur tangan serta tidak berusaha mempengaruhi kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. Keinginan konsumen dicetuskan langsung di pasar dan merupakan dasar untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas.
Sistem pasar bebas merupakan sistem kapitalis. Kapitalisme merupakan suatu sistem dimana harta benda dimiliki dan dikendalikan oleh masyarakat. Setiap laba yang dihasilkan dengan menggunakan harta pribadi menjadi hak pemilik harta tersebut. Motif untuk mencari laba dan kemungkinan menumpuk kekayaan diyakini oleh banyak pihak sebagai satu-satunya faktor pendorong terbesar yang menyebabkan keberhasilan sistem ini.
Ciri- ciri Sistem Pasar Bebas (Pasar Persaingan Sempurna):
1.      Jumlah perusahaan banyak sehingga setiap perusahaan relatif kecil peranannya dan tidak dapat menentukan harga.
      Masing-masing perusahaan mengikuti harga pasar (Price Teker), dan keuntungan yang diperoleh adalah keuntungan secara akunting (keuntungan normal). Dalam hal ini perusahaan dapat saja menurunkan tingkat harga jual tetapi dalam jangka panjang hal ini tidak dapat bertahan karena perusahaan pasti merugi atau perusahaan lain tidak dapat mengikutinya.
2.      Produknya homogen (Homogenous product) dan relatif tidak memiliki perbedaan yang spesifik. Jadi masing-masing penjual relatif tidak memiliki kekuatan pasar untuk mempengaruhi pembeli.
3.      Bebas untuk memasuki atau keluar pasar (Free Entry and Free Exit).
      Ciri ini berkenaan dengan keuntungan normal yang diperoleh setiap penjual pada pasar persaingan sempurna. Jika dalam suatu periode waktu terdapat banyak permintaan (Boom) maka akan terjadi keuntungan secara ekonomis, dan ini merangsang perusahaan baru untuk memasuki pasar. Karena jumlah perusahaan bertambah maka pangsa pasar masing-masing perusahaan akan berkurang dan mengakibatkan keuntungan menjadi normal kembali. Begitu juga jika terjadi kekurangan permintaan maka sebagian perusahaan akan dengan mudah keluar dari pasar , sehingga pangsa pasar dari perusahaan yang ada sekarang menjadi lebih besar, sehingga kerugian akan berkurang dan akhirnya mendapat keuntungan yang normal.
4.   Konsumen dan produsen mempunyai informasi yang sempurna mengenai harga barang dan biaya faktor produksi.
      Produksi pertanian merupakan contoh terbaik dari pasar persaingan sempurna. Jumlah produsen pertanian (petani) yang sangat banyak, keseragaman sebagian besar komoditi pertanian dan jumlah pembeli produk pertanian yang besar, secara  bersama-sama menghasilkan situasi pasar bebas yang baik. Melalui pasar bebas, para produsen pertanian akan segera mengetahui perubahan keinginan konsumen dan para produsen tersebut akan menanggapi dengan cepat.
Sistem pasar bebas di satu pihak terbukti sebagai suatu sistem ekonomi yang berhasil. Hal-hal yang telah dicapai oleh negara-negara maju menunjukkan bahwa mekanisme pasar adalah sistem yang efisien dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi dan mengembangkan perekonomian. Hal ini disebabkan hal-hal berikut:
1.      Pasar dapat memberikan informasi yang lebih tepat mengenai harga dan jumlah permintaan barang.
2.      Pasar memberikan perangsang kepada para pengusaha untuk mengembangkan usaha mereka.
3.      Pasar memberikan perangsang kepada para pengusaha untuk memperoleh keahlian modern.
4.      Pasar memberikan perangsang penggunaan barang dan faktor produksi secara lebih efisien.
5.      Pasar memberikan kebebasan sepenuhnya kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Disamping itu, sistem pasar bebas juga mempunyai akibat buruk terhadap perekonomian sehingga perlu campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya. Dampak buruk dari sistem pasar bebas tersebut antara lain:
1.      Kebebasan yang tidak terbatas akan menindas golongan ekonomi lemah.
2.      Kegiatan ekonomi menjadi tidak stabil keadaannya. Pada suatu saat perekonomian akan mengalami kemakmuran yang cepat, tetapi pada saat berikutnya akan mengalami kemerosotan yang serius.
3.      Sistem mekanisme pasar akan menimbulkan kekuatan monopoli yang merugikan.
4.      Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan beberapa jenis barang secara efisien.
5.      Kegiatan konsumen dan produsen akan menimbulkan eksternalitas (akibat sampingan, baik atau buruk) yang merugikan.

2.      Sistem Ekonomi Perencanaan
            Sistem ekonomi perencanaan (sosialisme) dipraktikkan di negara-negara Komunis, seperti, Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Eropa Timur. Sistem ini menghendaki pemerintah sepenuhnya menentukan corak kegiatan ekonomi yang akan dilakukan. Sistem ini berawal dari adanya keyakinan bahwa kegiatan ekonomi yang diatur oleh mekanisme pasar akan menimbulkan pengangguran dan ketidakadilan. Sistem ini berkeyakinan bahwa pemerintah akan dapat menjalankan fungsinya secara lebih efisien daripada sistem yang dapat dijalankan dalam sistem pasar bebas. Untuk menjamin kelancaran usaha dan mencapai sasaran yang ditetapkan dalam perencanaan yang dibuat maka alat-alat modal dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah.

3. Sistem Ekonomi Campuran
            Sistem ekonomi campuran adalah sistem ekonomi yang dikendalikan dan diawasi oleh pemerintah, tetapi masyarakat masih mempunyai kebebasan yang cukup luas untuk menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang ingin mereka jalankan. Mekanisme pasar masih tetap memegang peranan penting dalam menentukan corak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat.
Tujuan pokok campur tangan pemerintah adalah untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan dari sistem ekonomi pasar bebas. Misalnya, dalam sistem pasar bebas, golongan ekonomi lemah makin tertindas dan golongan ekonomi kuat akan semakin kuat. Campur tangan pemerintah memungkinkan dilakukannya usaha-usaha untuk menghindari hal tersebut.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
1.      Peraturan-peraturan yang bertujuan untuk mengatur dan mengawasi kegiatan ekonomi agar dapat berjalan dengan baik.
2.      Secara langsung melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi (perusahaan negara).
3.      Dengan mengadakan kebijakan fiskal (kebijakan yang berkenaan dengan tarif pajak dan pengeluaran pemerintah) dan kebijaksanaan moneter (mengatur dan mengawasi sektor moneter) dengan tujuan agar perekonomian dapat berkembang dengan baik.
Sistem ekonomi campuran ini di Indonesia dikenal dengan nama sistem ekonomi kerakyatan. Pada hakikatnya sistem ini benar-benar berorientasi pada kekuatan, sekaligus kepentingan rakyat banyak. Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang demokratis, yang ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam ekonomi kerakyatan yang demokratis, ada pemihakan sepenuh hati dari pemerintah kepada mereka yang lemah dan miskin pada “sektor” ekonomi rakyat (Mubyarto, 1991).
Sekalipun sudah diupayakan penyusunan dan pengembangan konsep ekonomi kerakyatan oleh beberapa ekonom, praktek kehidupan ekonomi di Indonesia selama ini masih jauh dari kaidah-kaidah dalam ekonomi kerakyatan. Justru, pada hakikatnya kehidupan ekonomi saat itu merupakan aplikasi sistem kapitalis (erony  capitalism) yang banyak diwarnai pola Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).
Yang muncul ke permukaan adalah sisi negatif kapitalisme, seperti pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok bisnis tertentu, semakin memburuknya distribusi pendapatan, banyaknya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan kepentingan kaum marginal banyak dikorbankan dalam berbagai kasus dengan pengusaha. Sisi positif yang biasanya muncul pada negara kapitalis, yaitu berkembangnya demokrasi, belum tampak di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah konsep ekonomi kerakyatan kontemporer, yaitu konsep yang tidak saja mampu memfasilitasi proses pembangunan ekonomi yang lebih baik (terciptanya keadilan dan pemerataan) tetapi juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam rangka menghadapi tantangan ekonomi dunia yang mengarah pada globalisasi.


·         EKONOMI MAKRO
Ekonomi makro adalah ilmu ekonomi yang mengatur pengalokasian sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas untuk mencapai kemakmuran rakyat. Pada ekonomi makro dibahas mengenai aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Agribisnis sangat dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi karena permintaan konsumen yang tersebar luas di seluruh dunia atas berbagai macam hasil pangan dan sandang selalu berubah. Keadaan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti cuaca, kebijakan pemerintah, dan perkembangan internasional.
Ekonomi makro mempelajari bagaimana unsur-unsur yang berbeda dari seluruh ekonomi berinteraksi. Keterampilan untuk menganalisis, mengantisipasi, dan menafsirkan kebijakan ekonomi makro merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan para manajer agribisnis.
·         PRINSIP DASAR EKONOMI MIKRO DALAM AGRIBISNIS
Ekonomi mikro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana dan kenapa setiap individu yang memainkan peranan dalam ekonomi (unit-unit ekonomi), yang meliputi konsumen, para pekerja, investor, pemilik lahan, dan pengusaha membuat keputusan ekonomi. Dengan mempelajari perilaku dan interaksi dari individu perusahaan dan konsumen, ekonomi mikro menunjukkan bagaimana industri-industri dan pasar beroperasi dan berkembang, kenapa mereka berbeda satu sama lain dan bagaimana mereka dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah dan kondisi ekonomi global. Ekonomi mikro juga mempelajari cara pasar individu bekerja dan cara peraturan dan pajak mempengaruhi alokasi tenaga kerja, barang, dan jasa.
Manajer agribisnis harus memutuskan cara terbaik untuk menggunakan sumberdaya yang terbatas dalam memproduksi dan memasarkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, perangkat analisis ekonomi sangat penting bagi manajer yang harus membuat keputusan bisnis sehari-hari.
1.      Prinsip Laba
Laba adalah tujuan perusahaan. Oleh karena itu, keberhasilan dan kegagalan perusahaan akan diukur dengan laba yang diperoleh. Laba harus ada dengan alasan berikut:
1.      Laba sebagai kompensasi (reward) karena seseorang berani mengambil risiko. Besar kecilnya risiko akan menentukan besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan.
2.      Laba adalah kompensasi karena seseorang berhasil di dalam inovasi. Seseorang berani berperan dalam inovasi maka baginya ada kemungkinan memperoleh kompensasi. Apabila inovasi tersebut gagal, tentunya orang akan menderita rugi. Inovasi tidak harus dalam skala besar, bisa juga dalam skala kecil. Penemuan baru dalam metode produksi, memperbaiki saluran distribusi, mengadakan grading, mencari bentuk-bentuk dari barang yang sama jenisnya, dan sebagainya.
3.      Laba adalah kompensasi adanya perubahan di bidang perekonomian. Tanpa perubahan tidak ada laba. Adanya perubahan di bidang ekonomi mengakibatkan perubahan permintaan selera konsumen, mode, persaingan, dan sebagainya. Semua perubahan itu akan mendatangkan laba dan kemungkinan juga kerugian, tergantung apakah perubahan itu dan bagaimana perubahan itu.
a.      Laba Akuntansi
Akuntan menganggap laba sebagai saldo penghasilan setelah semua biaya aktual (out of pocket expenditure) yang dapat diukur dikurangkan. Sedangkan ekonom menentukan laba dengan menguji penggunaan alternatif (biaya oportunitas) untuk sumberdaya yang ada dalam badan usaha.
Opportunity Cost (biaya oportunitas) adalah “penerimaan” yang tidak jadi diterima karena alternatif terbaik kedua tidak diterapkan dalam penggunaan sumber daya. Biaya tersebut merupakan jumlah penerimaan yang dikorbankan karena tidak jadi memilih alternatif tersebut (alternatif terbaik kedua). Dikarenakan biaya oportunitas sebenarnya tidak pernah terjadi, akuntan tidak dapat mengukurnya secara tepat. Sedangkan ahli ekonomi melihat dari sudut pandang pengambilan keputusan ekonomi, dimana biaya yang menjadi dasar untuk memilih suatu alternatif harus mencakup jumlah penerimaan yang hilang karena tidak memilih alternatif terbaik kedua.
b.      Laba Ekonomi
Economic Profits (laba ekonomi) didefenisikan sebagai laba akuntansi dikurangi dengan biaya oportunitas. Oleh karena itu, untuk mengetahui laba ekonomi dilakukan dengan menguji berbagai alternatif untuk menggunakan sumber daya. Analisis atas berbagai alternatif ekonomi akan menjadi mudah jika kita memusatkan perhatian pada biaya oportunitas.
Sebelum menanamkan modalnya  dalam suatu alternatif bisnis, para manajer harus dapat memperkirakan biaya oportunitas. Hal ini membantu untuk memutuskan apakah setiap penggunaan sumberdaya (uang dan waktu) merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan. Akan tetapi, konsep laba ekonomi mengandung beberapa kelemahan, antara lain:
1.      Banyak nilai yang terkandung ternyata sulit untuk diperhitungkan.
2.      Kemungkinan kesalahan atas anggapan bahwa lowongan kerja dalam industri selalu tersedia. Apalagi perubahan kerja dapat menimbulkan masalah pribadi dan/atau keluarga. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian kedalam nilai uang.
3.      Perbedaan tipe penanaman modal mungkin sulit untuk diperbandingkan secara langsung karena setiap tipe penanaman modal mengandung risiko yang berbeda.

2.    Prinsip Ekonomi Maksimisasi Laba
Pada dasarnya ada beberapa prinsip dasar ekonomi mikro yang berkaitan dengan maksimisasi laba untuk setiap perusahaan, yaitu sebagai berikut:
a.       Biaya marginal = penerimaan marginal
b.      Tingkat substitusi marginal = rasio kebalikan harga
a.      Biaya Marginal = Penerimaan Marginal
Biaya marginal (marginal cost-MC) adalah tambahan biaya untuk memproduksi tambahan satu unit produk. Biaya marginal menurun dengan semakin banyaknya produk yang dihasilkan. Jika sudah mencapai titik tertentu, biaya marginal mulai meningkat. Sedangkan penerimaan marginal (marginal revenue-MR) menunjukkan tambahan penghasilan yang diperoleh dari tambahan penjualan sebesar satu satuan.
Laba maksimal akan diperoleh dengan meningkatkan produksi sampai batas biaya marginal sama dengan penerimaan marginal (MC = MR). Jika MC tidak sama persis dengan MR, paling tidak selisih MR dengan MC masih positif dan nilainya minimum (paling kecil).
Prinsip ini mengandung gagasan bahwa input boleh ditambahkan sepanjang biaya yang diperlukan lebih kecil daripada tambahan penerimaan yang dihasilkan.
Berbagai pengertian biaya:
1.      Biaya Total (Total Cost-TC), yaitu keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Secara matematis biaya total dapat dirumuskan sbb:
TC = TFC + TVC
2.      Biaya variabel total (Total Variable Cost-TVC), yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Berarti biaya variabel total sama dengan jumlah unit input (quantity-Q) dikalikan dengan biaya input variabel per unit (Average Variable Cost-AVC).

 Secara matematis TVC adalah sbb:
TVC = Q x AVC
3.      Biaya tetap total (Total Fixed Cost - TFC), yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya.
4.      Biaya marginal (Marginal Cost - MC) yaitu tambahan biaya (ΔTC) yang diperlukan untuk memproduksi tambahan satu unit produk (ΔQ). Secara matematis, rumus MC adalah sbb:
MCn =   TCn – TCn-i   atau
              Qn – Qn-i

MCn = ΔTC
                        ΔQ

5.      Penerimaan Total (Total Revenue – TR), yaitu jumlah unit yang dijual (Q) dikalikan dengan harga jual (P). Secara matematis, rumus TR adalah sbb:
TR = P x Q
6.      Penerimaan Marginal (Marginal Revenue – MR), yaitu tambahan penghasilan (ΔTR) yang diperoleh dari tambahan penjualan sebesar satu satuan. Secara matematis rumus MR adalah sbb:
MR =  ΔTR
ΔQ

b.      Tingkat Substitusi Marginal = Rasio Kebalikan Harga
Produsen yang akan memaksimumkan laba akan berusaha agar kombinasi input menggunakan biaya terendah untuk menghasilkan biaya keluaran yang sama.
Kombinasi input yang mempunyai biaya terendah terjadi jika tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution – MRS), yaitu jumlah masukan X yang diperlukan untuk mensubstitusi Y, sama dengan rasio kebalikan harga (inverse price ratio – IPR). Secara matematis, MRS adalah sebagai berikut:
                        MRSxy = Perubahan jumlah Y  = ΔY
                                        Perubahan jumlah X     Δ X

Sedangkan rasio kebalikan harga secara matematis adalah sebagai berikut:
                        IPR =  Harga X
                                   Harga Y

c.       Pengembalian Marginal yang Sama
Keputusan berproduksi juga berhubungan dengan apa yang harus diproduksi. Sebagian besar perusahaan dapat memproduksi berbagai macam produk, tetapi karena keterbatasan input atau anggaran produksi maka hal tersebut menjadi halangan. Prinsip produksi ini mengatakan bahwa produksi berbagai produk perusahaan harus dilakukan sampai pengembalian marginal (marginal return – MR) dari produk-produk tersebut sama atau input variabel yang harus digunakan pada pemanfaatan marginal sampai tercapai pengembalian yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, A. 1998. Pertanian: Sektor Kunci Pembangunan Ekonomi. Surabaya Post, 15 Juli 1998.
Firdaus, Muhammmad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
Sastraatmadja, Entang. 1984. Ekonomi Pertanian Indonesia. Bandung: Angkasa.
Soekartawi. 1999. Agribisnis, Teori, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia